SUSTAIN

Fieldwork ke Bojonegoro dalam Memahami Tata Kelola Pertambangan Migas di Provinsi Jawa Timur

Penulis
Tulusno Budi Santoso
Tanggal Terbit
Minggu, 18 September 2022

Fieldwork ke Bojonegoro dalam Memahami Tata Kelola Pertambangan Migas di Provinsi Jawa Timur

Bojonegoro (beritajatim.com) – Dua mahasiswa magister asal Norwegia Nils Oskar Tronrud dan Sebastian Kronback berkunjung ke Bojonegoro. Kedatangan dua mahasiswa itu untuk mengetahui dinamika sumber daya alam migas, maupun sosial ekonomi, lingkungan dan politik di daerah yang sering di sebut Kota Ledre ini.

Nils dan Sebastian, nama akrab keduanya, ditemani Tim dari lembaga Research Center for Politics and Government (Polgov) Universitas Gadjah Mada (UGM) berkunjung ke Rumah Kolaborasi, bertemu dengan perwakilan Bojonegoro Institute dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bojonegoro. pada Kamis (15/9/2022) malam.

Kiki Nurshafira, perwakilan dari Polgov UGM, mengatakan, bahwasanya maksud dan tujuan dari kunjungan mereka adalah untuk belajar tentang dinamika Bojonegoro sebagai kabupaten pengahsil migas terbesar di Indonesia.

“Tujuan kedatangan kami di sini untuk bertemu dengan teman-teman Bojonegoro Institute dan AJI, untuk belajar banyak tentang dinamika migas di Bojonegoro, terutama yang berkaitan tentang dinamika sosial dan kebijakan tata Kelola migas di daerah,” ungkap Kiki, panggilan akrabnya.

Menanggapinya, Aw Syaiful Huda, Direktur Bojonegoro Institute, sangat menyambut baik kunjungan tersebut, bahkan ia mengutarakan ketertarikan untuk belajar, terutama pada Nils dan Sebastian, terkait Abadi Migas di Norwegia. “Mumpung kami ketemu dengan Nils dan Sebastian, sehingga bisa belajar Dana Abadi Migas yang dibentuk Pemerintah Norwegia,” ungkapnya.

Menurut Nils, pembentukan Dana Abadi Migas di Norwegia dilatarbelakangi dari belajar dari Netherlands yang pernah kaya migas namun saat migas mereka habis mereka jatuh miskin lagi. Bahkan Netherland pernah mengalami Dutch Disease, yakni meskipun berlimpah sumberdaya alam tetapi justru menyebabkan penurunan perekonomian secara drastis.

Diskusi tentang dinamika sosial – termasuk bagaiman peran Bojonegoro Institute dan AJI Bojonegoro dalam mengawal industrialisasi migas di daerah agar terhindar dari kutukan sumber daya alam – pun berlangsung cukup hangat. Meskipun diskusi berlangsung santai, tetapi pertanyaan dan tanggapan yang banyak dilontarkan cukup serius, sehingga beberapa kali harus menampilkan data maupun bahan pendukung.

Lalu saat giliran Nils dan Sebastian diminta memaparkan tentang Dana Abadi Migas yang dibentuk pemerintah Norwegia (1990), Nils membuka laptop lalu menampilkan website yang menampilkan data dan informasi mengenai Dana Abadi Migas Norwegia, yang diberi nama “the Government Pension Fund Global” atau disebut juga “Norway’s oil fund”.

Menurut penjelasan Nils, informasi tentang dana abadi migas atau yang diberi nama “the Government Pension Fund Global,” sangat terbuka dan dapat diakses oleh publik secara Online dan Realtime. Nils pun menunjukkan laman website yang dimaksud, yang disaksikan semua yang hadir. Pada laman website terlihat nilai dana abadi migas terbuka secara Realtime, termasuk data-data analisis dan dokumen laporan audit pertahunnya.

Nils juga menyebut bahwa dari nilai investasi dana abadi migas Norwegia, hanya sekitar 3,5 persen yang diambil atau dimasukkan dalam APBN Norwegia pertahun yang digunakan untuk anggaran pembangunan. Aset dari “Norway’s oil fund” juga digunakan untuk termasuk investasi sektor energi terbarukan.

Sebagai informasi, Rumah Kolaborasi merupakan ruang kerja bersama (coworking space), yang digagas oleh Bojonegoro Institute dan AJI Bojonegoro, yang difungsikan sebagai tempat ataupun ruang bekerja, berkarya dan membangun kolaborasi di antara para pegiat masyarakat sipil dan jurnalis di daerah. [lus/kun]

 

Tautan Berita Lain:

 

Kunjungi laman utama artikel

You may also like

Local social movements and local democracy: tin and gold mining in Indonesia

This article investigates the strategies used by local social movements to respond to increased extractive …

Pelajari Lebih Lanjut →

Standardised data on initiatives—STARDIT: Beta version

There is currently no standardised way to share information across disciplines about initiatives, including fields …

Pelajari Lebih Lanjut →
Scroll to Top